UMKM

MKM Kulit DIY Diajak Manfaatkan Teknologi dan Belajar di Eksibisi untuk Kembangkan Industri Sektor Percetakan

YOGYAKARTA, INIDESA.ID — Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta memberi dukungan pada industri percetakan termasuk produk-produk berbahan dasar kulit berbasis UMKM. Dukungan tersebut melalui pengembangan UPTD Ndalem Kulit Jogja (NKJ), sentra industri di sektor kulit, yang telah memanfaatkan teknologi terbaru serta berbagai ajang promosi dan pameran produk industri percetakan.

Hal itu disampaikan Yuna Pancawati, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) DIY, dalam jumpa pers Jogja Printing Expo (JPE), di Yogyakarta, Senin (19/5/2025). Ia menjelaskan, pendirian NKJ di Manding, Bantul, yang diresmikan akhir tahun lalu, merupakan bagian dari dukungan terhadap industri percetakan melalui layanan Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna (BPTTG) Disperindag. “Pembuatan produk-produk kulit di NKJ menggunakan mesin teknologi tinggi seperti mesin laser potong dan grafir juga 3D scanner,” ujar Yuna.

Menurutnya, UMKM kulit dapat memanfaatkan layanan tersebut untuk meningkatkan kualitas produk kulit Yogyakarta. “Potensi kerajinan kulit seperti dompet dan sepatu sangat besar, bahkan punya potensi pasar global,” ujarnya.

Hanya saja, saat ini DIY masih memgalami keterbatasan bahan baku terutama kulit sapi yang digunakan untuk bahan produksi. Selain mayoritas berasal dari Segoroyoso, Bantul, kulit sapi tersebut didatangkan dari Magetan, Jawa Timur. “Porsi bahan baku kulit DIY dan dari luar _fifty-fifty_,” ujarnya.

Selain layanan produk-produk kulit, BPPTG Disperindag juga memberi dukungan industri percetakan dengam membuka layanan kemasan yang juga berbasis teknologi terbaru. “Industri percetakan di DIY ini sangat penting. “Sebelum era teknologi online, percetakan digunakan lebih banyak untuk sarana informasi tapi sekarang untuk pemasaran niaga di tengah tantangan era digital,” ujarnya.

Ia merinci saat ini terdapat 978 industri percetakan di DIY yang didominasi usaha mikro yakni sebanyak 736 unit atau setara 75 persen. “DIY juga menjadi lokasi dua penanaman modal asing (PMA) di bidang percetakan. Industri ini terus mengalami perubahan tren,” katanya.

Baca Juga :  Upah Minimum Naik 6,5 Persen, Komisi VII DPR RI Minta Pemerintah Berikan Perhatian Kepada UMKM dan IKM

Ketum Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PPGI) Ahmad Mughira Nurhani berharap pemerintah melindungi industri percetakan dan kemasan di tengah ancaman produk digital.

Menurutnya, sejumlah upaya telah ditempuh untuk melindungi industri percetakan dan kemasan. “Saat ini sudah ada larangan packaging menggunakan bahan-bahan impor. Sudah disetujui pula bahwa buku pelajaran cetak untuk SD SMP harus diadakan lagi. Anak-anak harus membaca dari buku, jangan sampai anak membaca dari HP,” katanya.

Daud D Salim, CEO Krista Exhibitions, menyatakan bahwa Jogja Printing Expo (JPE) 2025 merupakan momentum penting bagi perkembangan industri percetakan di Yogyakarta. Diikuti oleh 27 peserta, di antaranya 10 UMKM dari industri percetakan, ajang ini dapat menjadi sarana belajar bagi sesama pelaku usaha percetakan, termasuk produk percetakan berbahan khas dan unik di Yogyakarta seperti kulit. “Industri percetakan kecil hingga besar dengan berbagai teknologinya akan ditampilkan di JPE 2025,” ujarnya.

Apalagi saat ini berkembang bisnis digital printing yang secara global diproyeksikan tumbuh sebesar 9–12% setiap tahun hingga 2030, dengan nilai pasar yang mencapai USD 25 miliar pada tahun 2025. Pertumbuhan ini ditopang oleh meningkatnya permintaan dari berbagai sektor, seperti tekstil, kemasan, dan percetakan komersial. Tekstil printing, misalnya, diperkirakan tumbuh hingga 15% pada tahun ini, seiring melonjaknya tren fashion berbasis desain digital. “Sektor kemasan juga menunjukkan performa kuat dengan lonjakan hingga 20%, terutama karena meningkatnya permintaan akan kemasan yang personal dan unik di industri e-commerce,” tutur Daud.

Artikel Terkait