TERNATE – Sekretaris Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Taufik Madjid meyakini Kabupaten Kepulauan Sula Provinsi Maluku Utara segera lepas dari status daerah tertinggal. Hal ini dilatarbelakangi potensi alamnya yang besar, salah satunya bidang pariwisata.
“Torang punya potensi luar biasa, saat ini tinggal 52 daerah tertinggal. Targetnya sisa 37 pada 2024 dan 25 daerah tertinggal terentaskan termasuk Sula,” papar Sekjen Taufik usai nonton bareng masyarakat Kabupaten Kepulauan Sula berjudul Jejak Sang Timur sebagai Penguatan Literasi Budaya Berbasis Kearifan Lokal Di Daerah Tertinggal melalui Media Visual bertempat di XXI Jatiland Mall Ternate, Sabtu (3/8/2024).
“Sula harus maju dan bisa sama-sama seperti kabupaten lain di Indonesia. Torang punya potensi luar biasa. SDMnya tidak kalah. Meskipun sarana prasarana terbatas tapi dengan SDM yang bagus kita akan bisa mengikuti kemajuan daerah-daerah lain,” imbuhnya.
Indahnya pemandangan di Kabupaten Kepulauan Sula divisualisasikan pada film Jejak Sang Timur dengan sangat apik. Film berdurasi 45 menit tersebut menggambarkan bagaimana anak-anak muda yang diperankan Kevin Abani dan Laras Sardi mencintai dan berusaha untuk terus mengembangkan salah satu Kabupaten di Provinsi Maluku Utara tersebut.
Gerakan dua anak muda ini, kata Sekjen Taufik harus diapresiasi karena bertanggung jawab atas kemajuan daerahnya. Tidak terlena dengan hingar bingar kota di Pulau Jawa, tapi keduanya fokus membangun daerahnya meski dihadang beragam rintangan.
Hal tersebut yang membuat film ini menarik. Sekjen Taufik berharap langkah tersebut akan diikuti anak-anak muda lainnya sehingga desa menjadi terus maju hingga mandiri dengan terus meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
“Anak muda setinggi apa pun pendidikan dan sejauh apa pun tempat menimba ilmu, tapi kita jangan lupa kita bangun daerah. Masyarakat di desa membutuhkan uluran pikiran, waktu, karya terbaik anak-anak muda khususnya di Sula. Anak muda harus membangun daerah,” tutur Sekjen Taufik.
Sepanjang film, penonton disajikan pemandangan indah Kabupaten Kepulauan Sula. Lebih dari itu, bahasa yang dipakai dalam dialog dan soundtracknya pun menggunakan khas setempat sehingga pengenalan budayanya semakin melekat.