Budaya

Wiwit Mbako 2024 Tandai Awal Panen Tembakau

Udara di kawasan ini tidak seperti biasanya, lereng Gunung Sumbing yang biasanya dingin, masih dirasa hangat oleh sebagian warga sore ini.  Ada sebuah hajatan desa cukup besar yang diselenggarakan tiap tahun dan cukup sakral .
Penduduk desa yang rata – rata adalah petani tembakau terlihat antusias dalam acara Wiwit Mbako 2024 yang digelar di Desa Legoksari, Lamuk, Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Kamis(8/8).
Ada sejenis makanan yang bernama ketan salak, dimasak dengan kelapa parut dan ditaburi gula jawa dan dimakan bersama- sama di akhir acara. Ketan salak ini mengandung filosofi Jawa yang artinya ‘pliket lan ngraketke rembug’. Yang artinya mengunci harga saat penjualan tembakau dengan harga yang bagus dan maksimal. Kegiatan diawali dengan doa oleh Mbah Gajul, seorang sesepuh desa setempat. Kemudian dilanjutkan dengan pemetikan sejumlah daun tembakau, dangan perhitungan kalender Jawa. Wiwit Mbako ada dua macam, saat tanam dan panen. Dalam pelaksanaan panen kali ini, Wiwit Mbako jatuh pada hari kamis pahing, dengan hitungan jumlah kamis dengan hitungan angka delapan(8), dan pahing dengan angka sembilan(9). Maka daun tembakau yang dipetik sejumlah 17 lembar.
Acara dimulai sekitar jam 16.00 WIB.

Hadir dalam acara itu Pj. Bupati Temanggung, Hari Agung Prabowo. “Semoga musim tembakau tahun ini menghasilkan kualitas tembakau yang baik dan harga yang bagus” ujar Agung.

Loekman Sutopo, koordinator acara Wiwit Mbako 2024 mengatakan, kali ini sengaja diadakan di Desa Legoksari, Lamuk dengan konsep yang rada berbeda, dimana akan dilanjutkan pentas kesenian di atap rumah warga yang biasa kita gunakan untuk jemur tembakau.
Reporter & Foto : Coeplistyo

Baca Juga :  DWP Otorita IKN Melatih Keterampilan Ikat Chinese Knotting

Artikel Terkait